Rabu, 21 November 2012

Menjaga Kebersihan Sekolah dan mengajar anak peduli kebersihan

Kebersihan di  Sekolah adalah tanggung jawab warga Sekolah yang bersangkutan, tinggal bagaimana mereka memanej penjagaan kebersihan di sekolahnya. Ada sekolah yang karena bangunannya luas dan memiliki dana yang cukup, mereka mengontrak cleaning service untuk menjaga kebersihan dan merawat kebun, sebalik nya ada juga yang memberdayakan siswa mereka untuk bersama-sama menjaga kebersihan. Kedua pilihan punya  nilai postif dan negatifnya masing-masing, jika kita memperdayakan anak-anak untuk sama-sama menjaga kebersihan sekolah, maka kita telah melakukan pembiasaan dan menanamkan sikap cinta kebersihan, anak-anak kita latih untuk menjadi peka dan peduli dengan kebersihan lingkungan, walaupun ini sedikit  akan mengganggu konsentrasi anak. Sebaliknya kalau kita memanfaatkan petugas kebersihan, memang lebih baik dan kebersihan nya bisa terjamin dan anak tidak terganggu konsentrasinya, namun memakan biaya besar dan menyia-nyiakan kesempatan untuk mendidik dan membiasakan anak untuk peduli terhadap kebersihan

Selasa, 30 Oktober 2012

Mendidik/Mengajarkan Anak Pola Hidup Sehat Dan Bersih Sejak Dini/Awal Mengutamakan Kesehatan Bersama


Pembelajaran Musik Untuk Anak SD


Dalam dunia pendidikan kita sekarang ini khususnya di SD pembelajaran musik tidaklah asing lagi, akan tetapi banyak sekali para guru yang anti mengajarkan musik alasannya mereka merasa tidak memiliki bakat bermusik. Tidak seperti dulu yang menganggap bahwa bakatlah yang mempengaruhi kepandaian seseorang dalam bermain musik. Pandangan itu harus dibuang jauh-jauh, sebab pembelajaran musik untuk anak SD pun tak kalah penting guna tercapainya pengembangan pribadi manusia Indonesia seutuhnya. Karena pada hakekatnya musik adalah salah satu seni yang merupakan fundamental dari kemanusiaan manusia.

Pembelajaran musik yang menyangkut unsur-unsur musik seperti irama, melodi, harmoni dan bentuk struktur lagu ini mendorong tumbuhnya rasa musik (sense of music) sehingga membuat anak memiliki rasa seni secara ilmiah. Namun yang lebih penting dalam pembelajarn musik untuk anak SD ditekankan lebih dahulu dengan penanaman pandangan bahwa bermain musik itu mudah dan menyenangkan, selanjutnya dapat berangsur-angsur diperkenalkan dengan apa itu apresiasi, keterampilan dan kreativitas bermusik.
Pembelajaran musik di sekolah dasar diberikan secara bertahap sesuai tingkat perkembangan anak. Selain itu pelaksanaan pembelajarannya pun harus memperhatikan pertambahan kemampuan, perkembangan sikap estetis, dan ketrampilan musik secara gradual menurut tata urutan yang logis dengan memperhatikan kesenangan dan keterlibatan dalam bermusik.
Untuk cara penyampaian materi musik pada anak SD tak ada salahnya kita mencontoh Rosulullah, yaitu teknik pengulangan. Teknik ini sering Rosulullah gunakan untuk memperkuat bobot materi serta untuk memperkuat ingatan. Teknik pengulangan ini meliputi dua hal yaitu: pengulangan berurut dan pengulangan serentak. Pengulangan berurut itu menyampaikan hal yang sama pada waktu yang berbeda, misal diulang lagi pada pertemuan selanjutnya. Sedangkan pengulangan serentak yaitu menyampaikan hal yang sama dengan teknik yang berbeda dalam waktu yang sama. Misalnya dalam mengajarkan membaca not angka guru dapat memberi contoh membacanya sendiri, kemudian memperdengarkan melalui kaset dll.
Kelebihan penggunaan teknik pengulangan pada pembelajaran musik di SD yaitu teknik ini cenderung dapat mengatasi perbedaan individual pada anak. Anak adalah individu yang unik, yang berbeda satu sama lain baik dari segi gaya belajar maupun pemahaman. Sehingga diharapkan tidak akan ada anak yang merasa kesulitan dalam belajar musik.

Sekolah Berwawasan Lingkungan


SD Negeri Panjang Wetan 01 adalah sekolah yang berwawasan lingkungan namun mengedepankan konsep sekolah berbasis produksi. Soal lingkungan apapun pasti setuju jika menyebut sekolah ini sebagai sekolah hijau. Lihat saja lingkungan sekolahnya yang sangat luas dan ditumbuhi berbagai tanaman dan pohon. Membuat suasana sekolah terasa sejuk sehingga siswa pun nyaman di sekolah. Meski berada di ingkungan perumahan namun suasana sekolah sangat mendukung proses pembelajaran.
Beberapa waktu yang lalu, SD Negeri Panjang Wetan 01 bersama dengan sekolah di Kota Pekalongan serentak melaksanakan kegiatan penanaman bibit pohon. Kegiatan ini digelar dalam rangka hari menanam nasional dan menyukseskan Program Go Green. Penanaman disaksikan oleh seluruh siswa. Masing-masing pembina siswa didaulat untuk menanam satu bibit pohon blimbing. Bibit tanaman juga ditanam  oleh kepala sekolah sebagai simbol kepedulian terhadap lingkungan.
Beliau juga mejadi ketua panitia acara Go Green memberikan edukasi kepada siswanya terkait aksi tanam pohon itu. Sebelum memulai menanam ia menjelaskan pentingya menjaga lingkungan agar tetap hijau. Jika tidak manusia sendiri yang akan merugi. Misalnya saja lingkungan yang ada disekitar sekolah atau bahkan di Kota Malang kering tapoa pohon maka akan terjadi kekeringan.
Air akan sulit didapatkan bahkan masyarakat akan kesulitan mencari air untuk minum. Karena itulah  ia mengajak seluruh siswanya untuk peduli dan sejak dini mencintai lingkungan. Apa yang ditanam hari ini akan dipanen di hari esok dan masa depan. Di hari sambutannya beliau juga menghimbau kepada semua siswa dan seluruh civitas akademik untuk “menanam, menyayanginya dan tidak merusak lingkungan”.
Selain melibatkan yayasan yang didaulat menanam, aski tersebut juga diikuti oleh kader tiwisada Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) SD Negeri Panjang Wetan 01 Pekalongan. Perwakilan siswa ini melakukan penanaman pohon disaksikan oleh teman-teman mereka. Dengan penuh semangat mereka menanam dan dengan penuh kasih sayang mereka merawat tanaman tersebut.
Usai penanaman bibit pohon, dilanjutkan dengan penandatangan bentangan spanduk di area pintu masuk sekolah sepanjang 10 Meter oleh  semua siswa dan guru agar berkomitmen terhadap kepedulian lingkungan.

Karakteristik Siswa Sekolah Dasar


Masa usia sekolah dasar sebagai mesa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia sebelas tahun atau dua belas tahun. Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, di antaranya, perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak.

Menurut Erikson perkembangan psikososial pada usia enam sampai pubertas, anak mulai memasuki dunia pengetahuan dan dunia kerja yang luas. Peristiwa penting pada tahap ini anak mulai masuk sekolah, mulai dihadapkan dengan tekhnologi masyarakat, di samping itu proses belajar mereka tidak hanya terjadi di sekolah.
Sedang menurut Thornburg (1984) anak sekolah dasar merupakan individu yang sedang berkembang, barang kali tidak perlu lagi diragukan keberaniannya. Setiap anak sekolah dasar sedang berada dalam perubahan fisik maupun mental mengarah yang lebih baik. Tingkah laku mereka dalam menghadapi lingkungan sosial maupun non sosial meningkat. Anak kelas empat, memilki kemampuan tenggang rasa dan kerja sama yang lebih tinggi, bahkan ada di antara mereka yang menampakan tingkah laku mendekati tingkah laku anak remaja permulaan.
Menurut Piaget ada lima faktor yang menunjang perkembangan intelektual yaitu : kedewasaan (maturation), pengalaman fisik (physical experience), penyalaman logika matematika (logical mathematical experience), transmisi sosial (social transmission), dan proses keseimbangan (equilibriun) atau proses pengaturan sendiri (self-regulation ) Erikson mengatakan bahwa anak usia sekolah dasar tertarik terhadap pencapaian hasil belajar.
Mereka mengembangkan rasa percaya dirinya terhadap kemampuan dan pencapaian yang baik dan relevan. Meskipun anak-anak membutuhkan keseimbangan antara perasaan dan kemampuan dengan kenyataan yang dapat mereka raih, namun perasaan akan kegagalan atau ketidakcakapan dapat memaksa mereka berperasaan negatif terhadap dirinya sendiri, sehingga menghambat mereka dalam belajar. Piaget mengidentifikasikan tahapan perkembangan intelektual yang dilalui anak yaitu : (a) tahap sensorik motor usia 0-2 tahun, (b) tahap operasional usia 2-6 tahun, (c) tahap opersional kongkrit usia 7-11 atau 12 tahun, (d) tahap operasional formal usia 11 atau 12 tahun ke atas.
Berdasarkan uraian di atas, siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional kongkrit, pada tahap ini anak mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta perseptual, artinya anak mampu berfikir logis, tetapi masih terbatas pada objek-objek kongkrit, dan mampu melakukan konservasi.
Bertitik tolak pada perkembangan intelektual dan psikososial siswa sekolah dasar, hal ini menunjukkan bahwa mereka mempunyai karakteristik sendiri, di mana dalam proses berfikirnya, mereka belum dapat dipisahkan dari dunia kongkrit atau hal-hal yang faktual, sedangkan perkembangan psikososial anak usia sekolah dasar masih berpijak pada prinsip yang sama di mana mereka tidak dapat dipisahkan dari hal-hal yang dapat diamati, karena mereka sudah diharapkan pada dunia pengetahuan.
Pada usia ini mereka masuk sekolah umum, proses belajar mereka tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah, karena mereka sudah diperkenalkan dalam kehidupan yang nyata di dalam lingkungan masyarakat. Nasution (1992) mengatakan bahwa masa kelas tinggi sekolah dasar mempunyai beberapa sifat khas sebagai berikut : (1) adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit, (2) amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar, (3) menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, oleh ahli yang mengikuti teori faktor ditaksirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor, (4) pada umumnya anak menghadap tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikan sendiri, (5) pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah, (6) anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk bermain bersama-sama.
Seperti dikatakan Darmodjo (1992) anak usia sekolah dasar adalah anak yang sedang mengalami perrtumbuhan baik pertumbuhan intelektual, emosional maupun pertumbuhan badaniyah, di mana kecepatan pertumbuhan anak pada masing-masing aspek tersebut tidak sama, sehingga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut. Ini suatu faktor yang menimbulkan adanya perbedaan individual pada anak-anak sekolah dasar walaupun mereka dalam usia yang sama.
Dengan karakteristik siswa yang telah diuraikan seperti di atas, guru dituntut untuk dapat mengemas perencanaan dan pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa dengan baik, menyampaikan hal-hal yang ada di lingkungan sekitar kehidupan siswa sehari-hari, sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna bagi anak. Selain itu, siswa hendaknya diberi kesempatan untuk pro aktif dan mendapatkan pengalaman langsung baik secara individual maupun dalam kelompok.



Karakteristiknya antara lain:
1.Senang bermain,
Maksudnya dalam usia yang masih dini anak cenderung untuk ingin bermain dan
menghabiskan waktunya hanya untuk bermain karena anak masih polos yang dia tahu
hanya bermain maka dari itu agar tidak megalami masa kecil kurang bahagia anak
tidak boleh dibatasi dalam bermain. Sebagai calon guru SD kita harus mengetahui
karakter anak sehingga dalam penerapan metode atau model pembelajaran bisa sesuai
dan mencapai sasaran, misalnya model pembelajran yang santai namun serius, bermain
sambil belajar, serta dalam menyusun jadwal pelajaran yang berat(IPA, matematika
dll.) dengan diselingi pelajaran yang ringan(keterampilan, olahraga dll.)

2.Senang bergerak,
Anak senang bergerak maksudnya dalam masa pertumbuhan fisik dan mentalnya anak
menjadi hiperaktif lonjak kesana kesini bahkan seperti merasa tidak capek mereka
tidak mau diam dan duduk saja menurut pengamatan para ahli anak duduk tenang
paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, kita sebagai calon guru hendaknya
merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak.
Mungkin dengan permaianan, olahraga dan lain sebagainya.

3.Senang bekerja dalam kelompok
Anak senang bekerja dalam kelompok maksudnya sebagai seorang manusia,
anak-anak juga mempunyai insting sebagai makhluk social yang bersosialisasi dengan
orang lain terutama teman sebayanya, terkadang mereka membentuk suatu kelomppok
tertentu untuk bermain. Dalam kelompok tersebut anak dapat belajar memenuhi aturan
aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya
dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang
lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga, belajar keadilan dan
demokrasi. Hal ini dapat membawa implikasi buat kita sebagai calon guru agar
menetapkan metode atau model belajar kelompok agar anak mendapatkan pelajaran
seperti yang telah disebutkan di atas, guru dapat membuat suatu kelompok kecil
misalnya 3-4 anak agar lebih mudah mengkoordinir karena terdapat banyak perbedaan
pendapat dan sifat dari anak-anak tersebut dan mengurangi pertengkaran antar anak
dalam satu kelompok. Kemudian anak tersebut diberikan tugas untuk mengerjakannya
bersama, disini anak harus bertukar pendapat anak menjadi lebih menghargai
pendapat orang lain juga.

4.Senang merasakan/ melakukan sesuatu secara langsung.
Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional
konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep
konsep baru dengan konsep-konsep lama. Jadi dalam pemahaman anak SD semua materi
atau pengetahuan yang diperoleh harus dibuktikan dan dilaksanakan sendiri agar
mereka bisa paham dengan konsep awal yang diberikan. Berdasarkan pengalaman ini,
siswa membentuk konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan,
pera jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Dengan demikian kita sebagai calon guru
hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung
dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang arah
mata angina, dengan cara membawa anak langsung keluar kelas, kemudian menunjuk
langsung setiap arah angina, bahkan dengan sedikit menjulurkan lidah akan
diketahui secara persis dari arah mana angina saat itu bertiup.

5.Anak cengeng
Pada umur anak SD, anak masih cengeng dan manja. Mereka selalu ingin
diperhatikan dan dituruti semua keinginannya mereka masih belum mandiri dan harus
selalu dibimbing. Di sini sebagai calon guru SD maka kita harus membuat metode
pembelajaran tutorial atau metode bimbingan agar kita dapat selalu membmbing dan
mengarahkan anak, membentuk mental anak agar tidak cengeng.

6.Anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain.
Pada pendidikan dasar yaitu SD, anak susah dalam memahami apa yang diberikan
guru, disini guru harus dapat membuat atau menggunakan metode yang tepat misalnya
dengan cara metode ekperimen agar anak dapat memahami pelajaran yang diberikan
dengan menemukan sendiri inti dari pelajaran yang diberikan sedangkan dengan
ceramah yang dimana guru Cuma berbicara didepan membuat anak malah tidak pmemahami
isi dari apa yang dibicarakan oleh gurunya.

7.Senang diperhatikan
Di dalam suatu interaksi social anak biasanya mencari perhatian teman atau
gurunya mereka senang apabila orang lain memperhatikannya, dengan berbagai cara
dilakukan agar orang memperhatikannya. Di sini peran guru untuk mengarahkan
perasaan anak tersebut dengan menggunakan metode tanya jawab misalnya, anak yang
ingin diperhikan akan berusaha menjawab atau bertantya dengan guru agar anak lain
beserta guru memperhatikannya.

8.Senang meniru
Dalam kehidupan sehari hari anak mencari suatu figur yang sering dia lihat
dan dia temui. Mereka kemudian menirukan apa yang dilakukan dan dikenakan orang
yang ingin dia tiru tersebut. Dalam kehidupan nyata banyak anak yang terpengaruh
acara televisi dan menirukan adegan yang dilakukan disitu, misalkan acara smack
down yang dulu ditayangkan sekarang sudah ditiadakan karena ada berita anak yang
melakukan gerakan dalam smack down pada temannya, yang akhirnya membuat temannya
terluka. Namun sekarang acara televisi sudah dipilah-pilah utuk siapa acara itu
ditonton sebagai calon guru kita hanya dapat mengarahkan orang tua agar selalu
mengawasi anaknya saat dirumah.
Contoh lain yang biasanya ditiru adalah seorang guru yang menjadi pusat perhatian
dari anak didiknya. Kita sebagai calon guru harus menjaga tindakan, sikap,
perkataan, penampilan yang bagus dan rapi agar dapat memberikan contoh yang baik
untuk anak didik kita.

Anak sebagai Generasi Penerus


Tadi pagi dalam perjalanan menuju ke kantor, saya mengingat kembali memori 36 tahun yang lalu, dimana usia saya saat itu masih SD kelas 2…, saya masih ingat sekolah SD Cempaka Wangi saya berjarak kurang lebih 4 km dan saya bersama-sama dengan kawan-kawan berjalan kaki menuju sekolah. Pada waktu itu kendaraan yang ada hanyalah becak ataupun mobet (motor betjak) yang kalau tidak salah satu kali naik harus bayar Rp.50,-

Pada saat itu juga belum ada istilahnya alat komunikasi macam Hp begitu dan permainan anak-anak masih berupa permainanan rakyat seperti permainan galasin, benteng, congklak, tali karet, petak umpet…sungguh saat saya masih menjadi anak-anak pada usia tersebut, saya suka sekali main benteng dan petak umpet….namun saat ini jauh-jauh sekali perbedaan yang ada. Dulu saya tidak begitu banyak mengenal permainan mobil-mobil baik mobil-mobilan biasa ataupun yang memakai remote control. Sekarang ini dalam era yang begitu pesat akan arus komunikasi, permainan Game Online menempati urutan teratas untuk anak-anak saat ini., berikutnya playstation dan permainan game komputer lainnya.
Seperti yang terjadi kemarin, anak saya Alvin yang baru masuk SMP 1 tahun ini, yang biasanya pulang sekolah selalu pulang ke rumah ternyata sampai jam 16.00 sore blum juga kembali. Paniklah istri saya yang kebetulan sedang cuti dari kantornya. Sayapun jadi ikut panik, karena kebetulan hari itu anak saya Alvin tidak membawa Hp yang biasanya suka dia bawa. Bandingkan, jaman dulu mana ada HP..kalaupun anak terlambat pulang sekolah..paling-paling orang tua berfikir..oh ada pelajaran tambahan atau ada kegiatan extrakurikuler. Sayapun dengan semangat 45 segera mengambil motor dan izin pulang lebih dahulu untuk mencari anak saya.
Dalam perjalanan mencari anak saya, pikiran saya sudah tidak tenang takut terjadi apa-apa, karena belum pernah Alvin pulang sampai terlambat seperti ini, saya dan istri bingung mau menghubungi siapa, karena ini adalah minggu pertama Alvin masuk sekolah SMP jadi belum ada teman-temannya yang dikenal oleh saya maupun istri saya,…namun saya tetap terus berdoa selama diperjalanan agar anak saya tidak terjadi apa-apa. Tak lama Hp saya berdering…panggilan istri saya yang memberitahukan keberadaan anak saya. Ternyata dia mampir dulu main Game online di warnet yang selalu dilaluinya setiap pulang sekolah…..duhhhh benar-benar bikin panik anak itu, nggak tau kekhawatiran orang tua.
Jika kita bandingkan dengan zaman dahulu, perasaan kita dulu sebagai anak-anak tidak pernah membuat rasa khawatir orang tua, tetapi zaman sekarang ini walaupun sudah ada alat secanggih apapun tetap saja perasaan khawatir selalu ada. Apalagi bermacam-macam Hp saat ini sudah bisa memuat berbagai macam gambar ataupun film yang tidak layak untuk anak-anak. Tugas orang tua semakin berat karena arus globalisasi komunikasi membuat kita sebagai orang tua harus mawas diri akan perkembangan anak. Salah-salah kita sendiri bisa jadi korban atas arus globalisasi yang kuat ini.
Menjelang Hari Anak Nasional yang jatuh pada hari ini 23 Juli, kiranya kita sebagai orang tua masih memiliki waktu untuk memperhatikan tumbuh kembang sang anak, dimana zaman semakin cepat berubah, pertumbuhan informasi semakin banyak diserap oleh kita semua. Perlunya pula instansi terkait untuk tetap punya perhatian khusus pada nasib anak-anak yang terlantar, exploitasi anak-anak yang masih dibawah umur dan masa depan anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. Dan yang tak kalah penting Gerakan Anti Narkoba untuk menghindari jatuhnya korban pada anak-anak kita. Kita dan pemerintah punya tanggung jawab yang sama untuk menjaga dan memelihara anak-anak kita sebagai generasi penerus bangsa…smoga.

Motivasi Belajar Untuk Anak


Anak adalah individu yang unik, lain dari yang lain. Anak juga masih perlu bimbingan dari orang  yang lebih dewasa, misalnya orang tua, guru, bahkan masyarakat.

Suatu keberhasilan yang menyeluruh pada anak tidak cukup hanya dengan sentuhan guru di sekolah yang hanya terbatas waktunya. Pendidikan anak dapat berhasil apabila proses pendidikan itu berlangsung terus menerus baik di sekolah maupun di luar sekolah dan jika siswa mau belajar dengan rajin.
Pada kenyataannya masih banyak anak atau siswa yang belum aktif dalam belajar. Untuk itu, perlulah motivasi dari orang tua maupun dari guru agar anak mau belajar dengan rajin.
Motivasi itu apa????
Motivasi berarti membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau tujuan, (Alex Sobur, 2003: 268).
Dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dukungan yang dapat mendorong ataupun membangkitkan suasana hati seseorang agar orang tersebut mau melakuakan apa yang akan ia kerjakan.
Bagi guru ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, diantaranya:
· Menjelaskan tujuan belajar mengajar kepeserta didik
Pada permulaan belajar mengjar seharusnya terlebih dahulu menjelaskankepada siswa kepada tujuan instruksi khusus yang akan dicapai. Semakin jelas tujuan maka semakin besar pula motivasi dalam belajar.
· Hadiah
Dengan memberi hadiah kepada siswa yang berprestasi, maka akan memacu semangat mereka untuk belajar lebih giat. Dan siswa yang kurang berprestasi pastinya ia akan berusaha agar ia bisa berprestasi seperti temannya.
· Kompetensi
Guru mengadakan kompetensi diantara siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Dengan demikian antara siswa satu dengan yang lain akan ada suatu kompetensi secara sehat, masing- masing akan berusaha membuktikan bahwa dirinya bisa menjadi siswa yang berprestasi.
· Pujian
Tidak semua pujian akan membangkitkan atau memotivasi siswa. Namun sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian agar terus termotivasi dalam belajar.
· Hukuman
Guru dapat memberikan hukuman. Dengan adanya hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar berlangsung. Hukuman ini diberikan dengan harapan siswa dapat merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
Bagi orang tua memberi motivasi pada anak dapat dilakukan dengan cara:
· Memberi rasa nyaman
Anak dapat belajar dengan baik apabila ia merasa nyaman dengan lingkungannya. Rasa nyaman bukan hanya karena ruangan yang sejuk atau indah. Tetapi rasa nyaman yang ia peroleh ketika ia di dalam keluarga. Bdengan demikian anak akan termotivasi untuk berlajar.
· Beri Kebebasan
Anak akan lebih senang jika ia belajar sesuai dengan kehendaknya (tanpa suruhan atau paksaan). Jadi, biarkan anak untuk berbuat sesuai apa yang ia kehendaki asal tidak melampaui batas.
Dengan cara seperti itu, kitra dapat memberikan suatu pelajaran tanpa harus menyuruh anak belajar. Dengan sendirinya, berarti ia telah belajar mandiri.
· Beri Perhatian
Kita tahu anak akan senang jika diberi perhatian. Perhatian yang dimaksudkan bukanlah suatu perhatian yang berlebihan. Tetapi perhatian yang dimaksud adalah kita dapat menanyakan anak tentang aktivitas kesehariannya. Misalnya akltivitas saat ia di sekolah. Dengan demikian anak akan berusaha menceritakan aktivitas yang telah ia lalui. Secara tidak langsung, itu akan membuat anak belajar mengingat. Dilain sisi anak akan merasa senang, karena orang tuanmya perhatian pada dirnya.
Dari beberapa cara di atas, dalam memberikan motivasi belajar pada anak, biasanya orang tua sering memberi imbalan. Betulkah imbalan akan membuat anak menjadi rajin belajar????
Ya, betul. Anak akan mau disuruh belajar karena imbalan. Namun itu hanya dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang, imbalan justru akan membuat anak enggan belajar. Anak akan merasa bosan jika ia melakukan suatu tindakan dengan adanya imbalan. Lebih baik berikan pengertian bahwa belajar itu menyenangkan, dapat menambah pengetahuan dan tentunya bermanfaat bagi diri sendiri.
Nah,.adanya motivasi dari guru dan orang tua diharapkan anak akan terbiasa belajar, dan rajin belajar. Dengan demikian jika anak- anak di Indonesia mau terus belajara maka pendidikan di negara kita akan lebih tinggi kualitasnya.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

SDN Panjang Wetan 01 Pekalongan. Diberdayakan oleh Blogger.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites